Selamatkan pengungsi Rohingya yang terombang-ambing

Menanggapi laporan media bahwa sekitar 247 orang Rohingya terapung di perairan Aceh setelah mencoba mendarat, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan: “Gagalnya pendaratan ratusan pengungsi Rohingya merupakan sebuah kemunduran besar bagi Indonesia, di mana masyarakat sebelumnya telah menunjukkan kemurahan hati dan rasa kemanusiaan terhadap mereka yang tengah mencari keselamatan melalui perjalanan laut dengan perahu yang berbahaya.

“Banyaknya keluarga, termasuk bayi dan anak-anak kecil, yang berusaha mencari keselamatan dan perlindungan sungguh memilukan. Mereka berada dalam bahaya ekstrem di laut dan saat ini membutuhkan penyelamatan segera.

“Ratusan nyawa berada dalam bahaya. Kami mendesak pemerintah pusat dan pemerintah daerah setempat yang mungkin telah melakukan kontak dengan kapal yang terdampar tersebut untuk segera menyelamatkan mereka yang mencoba mendarat, mengizinkan mereka turun dengan selamat, dan memberikan bantuan kemanusiaan, keselamatan dan tempat berlindung.”

Sementara itu, Koordinator KontraS Aceh Azharul Husna mengatakan: “Absennya pemerintah pusat dalam hal penanganan pengungsi Rohingya di Aceh amat disayangkan mengingat bulan Oktober lalu terpilih dengan suara terbanyak sebagai Dewan Ham PBB.

“Para pengungsi yang tiba di perairan kawasan Jangka, Bireuen, sebenarnya telah sempat mendarat di pantai. Warga sekitar juga dikabarkan telah membantu para pengungsi dengan memberikannya makanan dan minuman sekadarnya. “Namun sangat disayangkan para pengungsi kemudian diminta kembali ke kapal. Padahal soal penemuan pengungsi telah diatur dalam perpres 125/2016 terutama pasal 17 dan 18.”

Latar belakang

Pada tanggal 14 November, perahu berisi 194 pengungsi Rohingya berlabuh di Pidie, Aceh. Menyusul kedatangan tersebut, keesokan harinya perahu berisi 147 pengungsi pun memasuki Pidie. Sumber lokal di tempat kejadian menyebutkan bahwa kedua perahu tersebut diterima dengan baik dan semua pengungsi saat ini berada di tempat penampungan.

Namun, pada pagi hari tanggal 16 November, perahu lain yang berisi sekitar 247 pengungsi mencoba turun di Bireun, Aceh. Informasi dari sumber kredibel menyebut bahwa penduduk setempat memperbaiki kapal yang rusak itu dan menyediakan makanan bagi penumpangnya. Namun, mereka ditolak dan mencoba masuk kembali ke perairan Aceh Utara pada sore hari, namun kembali menghadapi penolakan.

Hingga hari ini, perahu tersebut masih terlihat terombang-ambing di lepas pantai Aceh Utara.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

en_USEN
Scroll to Top