Lorong Ingatan, Mengoyak Luka Lama Warga Aceh

Aceh adalah negeri besar yang kaya akan sejarah, kaya akan luka & sangat tangguh untuk bangkit dari keterpurukan masa lalu. Dengan puing-puing luka masa lalu itu Aceh bangkit, dengan luka-luka yang masih berbekas itu Aceh  belajar dari rasa sakit. Semua sejarah yang kelam itu biarlah hanya sejarah yang mulai tertutup, dan jangan sampai terulang kembali.

Tapi bagaimanapun Sejarah, adalah kunci agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Luka-luka lama itu terpaksa untuk kembali diceritakan dan diungkap  kebenarannya. Seperti halnya isi pidato dari sang Proklamator Kemerdekaan Bangsa, IR. Soekarno dalam HUT RI tahun 1966 yang berpesan “Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah!”. Kata-kata sang Proklamator ini dikenal hingga saat ini, karena sejarah merupakan kunci kebaikan di masa depan, dan strategi terbaik untuk belajar dari masa lalu.

Mengingat akan pentingnya sejarah dalam menyingkap kebenaran masa lalu, komisi untuk orang hilang dan korban tindak kekerasan (KONTRAS) provinsi Aceh mengadakan sebuah acara tepat pada peringatan hari Hak Asasi Manusia (HAM) se-dunia.

KontraS  Aceh adalah salah satu LSM atau lembaga swadaya masyarakat yang bergerak untuk memperjuangkan Demokrasi, keadilan sosial, dan Hak Asasi Manusia di Aceh dan Indonesia. Kontras Aceh sudah berdiri sejak 21 Juli 1998, dengan tujuan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang berbasiskan Hak Asasi Manusia. Pada awalnya kontras Aceh hanya bergerak pada kegiatan penanganan kasus-kasus Disappearances atau orang hilang saat Aceh menjadi Daerah Operasi Militer (DOM), tahun 1989-1998. Akan tetapi karena banyaknya kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi pada masa DOM dan setelahnya, akhirnya kontras Aceh juga menangani kasus lainya seperti Torture atau penyiksaan dan Extra Judicial Killing atau pembunuhan di luar proses hukum, yang terbukti dari temuan lapangan dan laporan dari para korban pelanggaran HAM pada masa itu.

Tepat di tanggal 10 Desember 2023 yang lalu, KontraS Aceh mengadakan sebuah pagelaran yang dinamakan “Lorong Ingatan” dengan tema “Membuka Kebenaran Masa Lalu”. Acara ini diselenggarakan sebagai kegiatan untuk memperingati hari HAM Internasional, dan sebuah rangkaian acara dari Sekolah HAM yang dilaksanakan dari tanggal 4-10 Desember 2023. Acara ini bertempat di Jalan Mujur No.98A Gampong Lamlagang Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh, yang sekaligus menjadi sekretariat KontraS Aceh saat ini.

Pagelaran Lorong Ingatan ini sukses dilaksanakan dengan turut mengundang Narasumber yang luar biasa. Para narasumber adalah tokoh-tokoh aktivis HAM dan sekaligus korban dari pelanggaran HAM itu sendiri. Pagelaran Lorong ingatan ini diikuti oleh peserta sekolah HAM, warga masyarakat sekitar, tokoh-tokoh pejuang HAM, dan Mahasiswa  yang tergabung dalam program PMM (Pertukaran Mahasiswa Merdeka) 3 tahun 2023 di Universitas Muhammadiyah Aceh.

Beberapa pertunjukan yang ada dalam acara Lorong Ingatan ini di antaranya adalah Pagelaran foto dari korban-korban pelanggaran HAM di Aceh yang hilang dan belum ditemukan sampai sekarang, foto perdamaian dari konflik vertikal antara GAM dan Pemerintah RI dan foto-foto dokumentasi yang lain. Selain itu dalam acara lorong ingatan ini juga memberikan fasilitas kepada peserta untuk melihat secara langsung barang-barang peninggalan korban pelanggaran HAM seperti baju, sepatu serta barang-barang peninggalan korban yang lain. . Terakhir, acara Lorong Ingatan juga memberikan pertunjukan berupa pementasan Monolog berjudul Halimah yang menceritakan duka mendalam seorang ibu yang kehilangan anaknya pada saat konflik terjadi. Berbagai pertunjukan yang ada di pagelaran Lorong Ingatan ini, menjadi refleksi dan penggugah semangat tersendiri bagi peserta untuk memperjuangkan HAM  di era sekarang.

Selain berbagai pertunjukan di atas, daya tarik lain dalam acara Lorong Ingatan ini adalah refleksi yang diberikan oleh Ibu Suciwati, selaku Istri dari Almarhum Munir Said Thalib yang merupakan aktivis HAM pada masa Orde Baru sekaligus salah satu pendiri KontraS. Beliau menekankan kepada generasi muda untuk turut andil dalam menangani pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia seperti halnya yang sudah diperjuangkan oleh Almarhum Suaminya yaitu Munir Said Thalib atau yang kerap disapa Cak Munir.

Acara Lorong Ingatan menjadi salah satu acara yang sangat bermanfaat dalam membuka pemikiran warga masyarakat Aceh dan seluruh masyarakat Indonesia untuk terus memperjuangkan Hak Asasi Manusia yang kian kesini kian banyak terjadi pelanggaran. Acara ini juga menjadi wadah bagi generasi muda untuk menggali lebih jauh tentang kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Aceh masa lalu, yang dampaknya masih dirasakan oleh korban hingga saat ini.

Perdamaian di Aceh saat ini berpondasi pada kekuatan warga Aceh untuk bangkit dari keterpurukan. Kebahagiaan dan senyum yang merekah dari anak-anak Aceh saat ini adalah buah dari peluh dan darah yang mengucur dari diri seorang pejuang. Kejadian masa lalu menjadi luka yang sangat dalam bagi warga Aceh, tapi luka itu perlu dikoyak untuk mengetahui kebenaran yang tertutup oleh ketakutan akan kekuasaan. Sejarah akan selalu menjadi kunci kedamaian masa lalu dan kebahagiaan masa depan.

Penulis : Arief Maulana

Karena Kebenaran Akan Terus Hidup
Sekalipun Kau Lenyapkan
Kebenaran Tak Akan Mati
Aku Akan Tetap Ada Dan Berlipat Ganda
~Widji Tukul

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *